5. Surat Cinta

Sudah lima hari Adi di Bandung. Aku belum juga mendapat kabar. Rasanya ada yang hilang. Tak ada telepon, tak ada surat. Aku hanya dapat menunggu dan menunggu.

Di radio, tiba-tiba terdengar lagu Vina Panduwinata, Surat Cinta. Tepat di saat yang sama, kudengar suara memanggil di luar, "Pos!"

Surat! Surat cinta kah?

Segera kuberlari ke arah pagar.

"Surat dari Bandung. Tercatat."

Mendengarnya wajahku memerah, terasa hangat, agak panas bahkan.

"Terima kasih, Pak."

"Dari siapa, Nia?" tanya Ibu yang tiba-tiba muncul di depan pintu.

"Sahabat penaku, Bu."

"Oh..."

Ibu tahu, aku memiliki banyak sahabat pena, dari dalam dan luar negeri, semenjak aku SD. Jadi, mendapatkan surat bukan hal yang aneh baginya.

Di kamar, kubaca nama yang tertera pada bagian belakang amplop. Firnadevi Kusuma, Bandung. Segera kubuka amplop dan menarik kertas yang seluruhnya berjumlah tiga halaman.

Dear Tania,

Aku sampai di Bandung dua hari yang lalu. Tapi, aku baru sempat menulis malam ini. Kemarin aku mendaftar di Bimbingan Tes.

Apa kabar? Mudah-mudahan kamu baik-baik saja ya. Maaf aku nggak bisa telepon. Uangku nggak cukup. Tapi, aku janji, aku akan sering mengirim surat.

Tempat kosku ini nggak enak. Sekamar bertiga dengan Ugi dan Kiki. Itok dan Endang terpaksa sekamar dengan Roy. Ingat kan, Roy? Anak kelas sebelah yang nyebelin...

...

Aku tertawa-tawa membaca surat itu. Isinya menceritakan tentang keseharian Adi sebagai anak kos, tentang teman-temannya. Tentang Itok yang kesal harus menahan lapar agar uang sangu dari orang tuanya cukup. Tentang Kiki yang sering masuk angin karena terlalu percaya diri tak mengenakan pakaian di malam hari di kota Bandung yang dingin. Tentang Ugi yang kangen Mamanya.

Malam itu juga, langsung kubalas surat dari Adi. Tak sepanjang suratnya, karena aku tak punya cerita semenarik cerita-ceritanya. Tapi di baris terakhir, kutulis, "Miss you..."

Aku harus menunggu sekitar dua minggu untuk mendapat surat balasan dari Adi.

Dear Tania,

Surat cintamu sudah kuterima...

...

Surat cinta?! Maksudnya apa? Duh, aku jadi malu sekali. Kenapa dia bisa bilang itu surat cinta? Karena kata-kata di baris terakhir itu kah?

Tapi, ia juga menuliskan hal yang sama di baris terakhir, bahkan lebih 'parah.'

I miss you, too, dear. So much.

Jantungku berdetak kencang. Sangat kencang.

6 komentar:

  1. bravo!! ditunggu lanjutanya!!!

  2. deuh jadi penasaraaaaan... mantab, klasik tapi bener2 teuteup mantab.... lanjut donks ^_^

  3. aduuuuhhhhhhhhhh.... imut sekaliii.....

    jadi inget jaman2 smp! hahahahaha...

    keep it up yaa!!! ^_~

  4. Keren!!! Inget zaman skul :D
    Hayoo posting lagi!!!

  5. wauw...postingannya bagus2..sukses ya

  6. hiii...bikin penasaran ajah ;-p